𝗞𝗘𝗕𝗜𝗝𝗔𝗞𝗔𝗡 𝗣𝗔𝗦𝗖𝗔-𝗠𝗜𝗟𝗜𝗧𝗘𝗥:
𝗔𝗟𝗜𝗛 𝗣𝗘𝗡𝗚𝗘𝗧𝗔𝗛𝗨𝗔𝗡
𝗞𝗘 𝗣𝗔𝗡𝗚𝗞𝗨𝗔𝗡 𝗜𝗦𝗟𝗔𝗠
(Buku Materi 3: "𝘔𝘦𝘭𝘢𝘤𝘢𝘬 𝘑𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘗𝘦𝘳𝘫𝘶𝘮𝘱𝘢𝘢𝘯 𝘒𝘳𝘪𝘴𝘵𝘦𝘯-𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘔𝘶𝘭𝘢-𝘮𝘶𝘭𝘢: 𝘋𝘢𝘳𝘪 𝘈𝘴𝘱𝘦𝘬 𝘗𝘰𝘭𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘚𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘛𝘦𝘮𝘢-𝘵𝘦𝘮𝘢 𝘛𝘦𝘰𝘭𝘰𝘨𝘪𝘴")
ᴅʀ. ʙᴀᴍʙᴀɴɢ ɴᴏᴏʀꜱᴇɴᴀ
𝓘𝓷𝓼𝓽𝓲𝓽𝓾𝓽𝓮 𝓯𝓸𝓻 𝓢𝔂𝓻𝓲𝓪𝓬 𝓒𝓾𝓵𝓽𝓾𝓻𝓮 𝓢𝓽𝓾𝓭𝓲𝓮𝓼 (ISCS)
𝗗𝗮𝗲𝗿𝗮𝗵-𝗱𝗮𝗲𝗿𝗮𝗵 𝗞𝗿𝗶𝘀𝘁𝗲𝗻 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗜𝗿𝗮𝗾 𝗱𝗮𝗻 𝗦𝘆𝗿𝗶𝗮, 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗯𝘂𝗱𝗮𝘆𝗮𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗿𝗮𝗱𝗶𝘀𝗶 𝗶𝗻𝘁𝗲𝗹𝗲𝗸𝘁𝘂𝗮𝗹 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁 𝘁𝗶𝗻𝗴𝗴𝗶. Pusat-pusat pengembangan pemikiran teologis falsafi telah dirintis sejak awal di daerah-daerah "Bulan Sabit Subur", al-Hilāl al-Khashīb (الهلال الخصيب) 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗯𝗮𝗵𝗮𝘀𝗮 𝗔𝗿𝗮𝗺 (𝗦𝘂𝗿𝘆𝗮𝗻𝗶) 𝗶𝘁𝘂, 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗮𝘀𝗶𝗹 𝗺𝗲𝗺𝗮𝗱𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗶𝗺𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗺𝗶𝘁𝗶𝘀 𝗱𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗿𝗶𝘀𝗮𝗻 𝗶𝗻𝘁𝗲𝗹𝗲𝗸𝘁𝘂𝗮𝗹 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶.
![]() |
| Gambar ini hanya pemanis |
Secara militer Islam memang mula-mula berhasil menaklukkan daerah-daerah tersebut, tetapi hal itu belum dibarengi dengan penguasaan pemikiran intelektual. Bahkan dalam tradisi pemikiran ilmiah, mula-mula Islam kelihatan sekali "gagap", bahkan "minder" menghadapi komunitas intelektual Kristen yang sudah mapan ratusan tahun. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, gerakan intelektual dalam Islam segera digalakkan untuk mengejar ketertinggalan mereka dalam ilmu pengetahuan. Kesungguhan daulah-daulah Islam itu untuk merebut ilmu pengetahuan dari komunitas Kristen itu, antara lain ditunjukkan sejak zaman Khalifah Hārūn Ar-Rasyīd (هارون الرشيد), 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘁𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗴𝗲𝗿𝗼𝗯𝗮𝗸-𝗴𝗲𝗿𝗼𝗯𝗮𝗸 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗸𝗿𝗶𝗽 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗮𝗵𝗮𝘀𝗮 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗕𝘆𝘇𝗮𝗻𝘁𝗶𝘂𝗺 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗱𝗶𝘁𝗲𝗿𝗷𝗲𝗺𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗯𝗮𝗵𝗮𝘀𝗮 𝗔𝗿𝗮𝗯. [¹]
Dalam rangka itulah, 𝘀𝗲𝗷𝗮𝗸 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗹𝗮 𝗱𝗶𝗽𝗲𝗸𝗲𝗿𝗷𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗶𝗹𝗺𝘂𝘄𝗮𝗻 𝗞𝗿𝗶𝘀𝘁𝗲𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗻𝘁𝗲𝗿𝗷𝗲𝗺𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗸𝘂-𝗯𝘂𝗸𝘂 𝗶𝘁𝘂. Gerakan intelektual ini berlangsung sampai abad ke-12 M, dan 𝘁𝗲𝗿𝗰𝗮𝘁𝗮𝘁 𝗻𝗮𝗺𝗮-𝗻𝗮𝗺𝗮 𝗶𝗹𝗺𝘂𝘄𝗮𝗻 𝗞𝗿𝗶𝘀𝘁𝗶𝗮𝗻𝗶, antara lain seperti: Ḥunayn bin Isḥāq (حنين بن إسحاق) atau Abū Zayd Ḥunayn ibn Isḥāq al-ʿIbādī (أبو زيد حنين بن إسحاق العبادي) (wafat 873 M), yang memiliki 90 pembantu penterjemah; Qustā bin Lūqā (قسطا بن لوقا) atau Qustā Ibn Lūqā al-Baʿalbakkī (قسطا بن لوقا البعلبكي) (wafat 912 M); Abū Bishr Mattā ibn Yūnus (أبو بشر متى بن يونس) atau Abū Bishr Mattā ibn Yūnus al-Qunnāʾī (أبو بشر متى بن يونس القنائي) (wafat 940 M), dan masih banyak lagi. 𝗣𝗮𝗿𝗮 𝗮𝗱𝗺𝗶𝗻𝗶𝘀𝘁𝗿𝗮𝘁𝗼𝗿 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺 𝘁𝗮𝗺𝗽𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗻𝗴𝗶𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗼𝗸𝘁𝗲𝗿-𝗱𝗼𝗸𝘁𝗲𝗿 𝗞𝗿𝗶𝘀𝘁𝗲𝗻 𝗺𝗲𝗿𝗮𝘄𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮, sehingga khalifah-khalifah dinasti ʿAbbasiyah (الخلافة العباسية | al-Khilāfah al-ʿAbbāsiyyah) memiliki dokter-dokter Kristen dari tahun 765 M sampai 870 M.
Penterjemahan karya-karya ilmiah ke dalam bahasa Arab dari bahasa Aram/ Suryani telah diawali sejak dinasti Ummayah (الخلافة الأموية | al-Khilāfah al-Umawiyyah), dan 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗸𝗮𝗿𝘆𝗮-𝗸𝗮𝗿𝘆𝗮 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 𝗺𝘂𝗹𝗮𝗶 𝗱𝗶𝗿𝗮𝘀𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗮𝗻𝗳𝗮𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝘀𝗮𝗿 sejak Khalifah al-Maʾmūn (المأمون) (813-833 M) mendirikan Bayt al-Ḥikmah (بيت الحكمة), "Rumah Kebijaksanaan". [²] 𝗦𝗲𝗷𝗮𝗸 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗲𝗻𝗮𝗹 𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗽𝗶𝗸𝗶𝗿𝗮𝗻 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 𝗶𝘁𝘂𝗹𝗮𝗵, 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝗯𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗴𝗮𝗴𝗮𝘀𝗮𝗻-𝗴𝗮𝗴𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗺𝗲𝘁𝗮𝗳𝗶𝘀𝗶𝗸 𝗺𝗮𝘀𝘂𝗸 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗽𝗲𝗺𝗯𝗮𝗵𝗮𝘀𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺.
Justru dengan berangkat dari kenyataan ini, kita dapat menelusuri jejak-jejak awal perkembangan pandangan Islam mengenai Kekristenan dalam lensa bidikan yang tepat, dan "𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢-𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘩𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘶𝘬𝘶-𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘰𝘭𝘰𝘨𝘪, 𝘬𝘦𝘯𝘥𝘢𝘵𝘪 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘳𝘰𝘣𝘭𝘦𝘮 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴-𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘶𝘴." [³]
Dalam perjumpaan dengan komunitas Kristiani dengan tradisi intelektualnya yang sudah mapan tersebut, mula-mula Islam berbekal pandangan yang sangat praktis, 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗿𝗲𝗮𝗸𝘀𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗮𝘁𝗮𝘀 𝗺𝗼𝗱𝗲𝗹 𝘀𝗲𝗸𝘁𝗮𝗿𝗶𝗮𝗻𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗞𝗿𝗶𝘀𝘁𝗲𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘩𝘦𝘵𝘦𝘳𝘰𝘥𝘰𝘬𝘴 (𝗺𝗲𝗻𝘆𝗶𝗺𝗽𝗮𝗻𝗴) 𝗱𝗶 𝗠𝗲𝗸𝗸𝗮𝗵, 𝗛𝗶𝗷𝗮𝘇 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗶𝘁𝗮𝗿𝗻𝘆𝗮, atau komunitas Yahudi dan Kristen di sekitar Madinah yang -- 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘮𝘢𝘺𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘔𝘦𝘬𝘬𝘢𝘩 -- akan tetapi masih jauh lebih sederhana ketimbang Kekristenan di daerah-daerah taklukan baru tersebut.
Di daerah-daerah baru tersebut, dihasilkan oleh umat Kristen berbagai argumentasi teologis dalam rangka menghadapi kritik Islam, 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗻𝗷𝘂𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝗮𝗸𝘂𝗿𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗻𝘆𝗮𝗸 𝘁𝘂𝗱𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗽𝗼𝗸𝗼𝗸-𝗽𝗼𝗸𝗼𝗸 𝗜𝗺𝗮𝗻 𝗞𝗿𝗶𝘀𝘁𝗲𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗸𝗿𝗶𝘁𝗶𝗸𝗻𝘆𝗮. Oleh karena itu, dalam posisi tersebut, persepsi umat Islam tentang kekristenan 𝘩𝘦𝘵𝘦𝘳𝘰𝘥𝘰𝘬𝘴 (menyimpang) di sekitar Mekkah yang amat sederhana itu, ketika harus dipublikasikan dalam situasi baru itu benar-benar tidak representatif. [⁴] Tetapi sebanyak argumentasi yang harus dijawabnya, Islam mulai pula mengelaborasi beberapa aspek persepsi dengan masing-masing caranya, yang diarahkan untuk melemahkan setiap argumentasi penolakan orang Kristen terhadap agama Islam, khususnya klaim kenabian Muhammad.
------------------
[¹] Harun Nasution, 𝘍𝘢𝘭𝘴𝘢𝘧𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘔𝘪𝘴𝘵𝘪𝘴𝘪𝘴𝘮𝘦 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮 (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm.10-13.
[²] W. Montgomery Watt, 𝘒𝘦𝘫𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮: 𝘒𝘢𝘫𝘪𝘢𝘯 𝘒𝘳𝘪𝘵𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘛𝘰𝘬𝘰𝘩 𝘖𝘳𝘪𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭𝘪𝘴. Alih Bahasa: Hartono Hadikusumo (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), hlm. 139.
[³] 𝘐𝘣𝘪𝘥, hlm. 136.
[⁴] W. Montgomery Watt, 𝘛𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘛𝘦𝘮𝘶 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘮-𝘒𝘳𝘪𝘴𝘵𝘦𝘯: 𝘗𝘦𝘳𝘴𝘦𝘱𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘚𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘗𝘦𝘳𝘴𝘦𝘱𝘴𝘪. Alih Bahasa: Zaimuddin (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), hlm. 41.

